LAGI PROMO
Madu KEJANTANAN
Kayu Lanang Kejantanan
Celana Dalam Kejantanan
OBAT KEJANTANAN HERBAL
BERGERIGI Andalan
Kondom arjoena bergerigi
Pendapat tersebut berkembang mengingat fungsi prostat yang berhubungan dengan hormon-hormon seksual pria. Sehingga semakin sering pria mengeluarkan hormon melalui aktivitas seksual, semakin tinggi pula risikonya mengalami gangguan prostat.
Namun teori tersebut disanggah oleh dr Tan Hun Hoe, pakar urologi dari Mt Alvernia Medical Centre Singapore. Menurut beliau, sering melakukan aktivitas seksual tidak akan meningkatkan risiko pembesaran prostat.
Tidak ada pembuktian ilmiah bahwa sering bercinta dapat meningkatkan risiko pembesaran prostat. Bahkan penelitian pernah menunjukkan, orang yang tidak pernah melakukan aktivitas seksual pun memiliki resiko pembesaran prostat yang sama dengan pria yang aktif berhubungan seksual.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti membandingkan risiko pembesaran prostat antara kalangan tertentu yang menutup diri dari aktivitas seksual dengan pria yang rutin melakukan hubungan seks. Hasilnya, tidak ada perbedaan signifikan di antara keduanya.
Pembesaran prostat adalah hal yang normal, seperti halnya manusia hanya memiliki satu kepala. Jadi sebenarnya bukan hal yang perlu ditakutkan. Hanya saja, perlu adanya pencegahan dan pengobatan untuk gejala pembesaran prostat ganas yang hingga menyumbat saluran kemih.
Resiko pembesaran prostat memang akan meningkat seiring bertambahnya usia. Rata-rata pria di atas usia 50 tahun adalah kelompok yang rentan mengalami pembesaran prostat.
Resiko pria usia 50 tahun rata-rata mencapai 50 persen, usia 70 tahun risikonya meningkat menjadi 70 persen, dan seterusnya.
Tidak pernah melakukan hubungan seksual justru meningkatkan risiko kesehatan lain, yaitu pengkristalan sperma di vesikel seminalis. Ini terjadi karena sperma tidak pernah dikeluarkan.
Lalu bagaimana cara pencegahannya ? Pencegahan pembesaran prostat dapat dilakukan dengan melakukan pola hidup sehat, seperti olahraga teratur, dan rutin mengkonsumsi sayur-sayuran dan biji-bijian yang mengandung fitoestrogen, seperti tomat, kedelai, biji bunga matahari, dan biji-bijian lainnya.
